Rabu, 30 November 2011

MY PROFIL




SALAM KENAL UNTUK SAHABAT YANG BARU KENAL.....

Assalamualaikum Wr.Wb
  Namaku Wulan Ayu Winanti.Aku lahir di Wamena,Apakah kalian tau dimana Wamena itu....? sebagian dari kalian pasti tahu klub sepak bola PERSIWA .ya.... Wamena berada di pulau Papua.aku lahir disana tanggal 29 Mei 1993.Sebelumnya ibuku sudah melahirkan 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki juga disana ,dan setelah aku ibuku melahirkan iorang laki-laki.ibuku seorang guru SDdi Dolopo dan ayahku Pns di kelurahan milir.Kami semua tingal di sebuah desa di kota Ponorogo Kecamatan Babadan.
Pendidikanku berawal dari sebuah Tk di Wamena yang diberi nama TK Dian AKSARI lalu aku pindah ke pulau jawa,dan sekolah di SD Mojopurno, Madiun sampai kelas 2.Kelas 3 aku sekolah di dekat rumah MI Kresna Mlilir .Setelah lulus aku putuskan sekolah di SMPN 1 Dolopo kerena mudah dijangkau,dan......Aku berakhir di SMAN 1 Geger untuk sementara waktu.
Mengenai hobi aku sangat suka membaca cerpen bila ada waktu tapi lebih sering menonton Tv.Kalau cita-cita............ dari kecil sampai besar ku ingin menjadi guru seperti ibuku. Makanan kesukaan ....hmhm...apa ya...?Semua aku suka tapi...!paling suka sayur.Minuman aku suka yang sehat Air putih.Nah..! Kalau idola aku suka RA.Kartini kerena benyak perubahan yang dilakukan untuk wanita Indonesia.

mungkin itu saja profil saya .

Wassalamualaikum Wr.Wb




("Pendidikan melahirkan keinginan baru")

Jumat, 25 November 2011

Culture of Indonesia

Banyak yang mengetahui tarian Reog,kain Batik,tari Barong dan masih banyak lagi.Hampir ribuan lebih budaya yang ada di indonesia .Di setiap kabupaten terdapat satu atau dua tarian tradisional banyangkan satu propinsi ada berapa ? Bagaimana kalau 32 dua propinsi yang ada di Indonesia.belum lagi budaya yang lain seperti lagu kain, tradisi, dan masih banyak lagi.Semuanya diturunkan melalui mulut ke mulut oleh nenek moyang kita .Oleh sebab itu kita wajib menjaganya. Ok.....
Berbagai budaya disajikan disini tinggal bagaimana kita menjaga dan melestarikannya  

Rabu, 23 November 2011

Bakar Batu Budaya dari Pulau Ujung Timur Indonesia

Bakar batu atau sering disebut Barapen oleh Suku-suku yang tinggal di lempah baliem pegungungan Puncak Jyawijawa Papua merupakan upacara adat untuk menyambut hari-hari penting disana.


Bakar batu adalah proses memasak menggunakan batu yang telah dibakar lalu ditaruh diatas makanan yang akan dimasak secara bertumpuk- tumpuk .Biasanya makana yang dimasak memiliki level-level sendiri .Pada bagian bawah sayuran ditumpuk lalu diberi batu panas lalu diatasnya dikasih umbi-umbian lalu ditumpuk batu lagi dan yang terakhir adalah babilalu ditutup oleh daun-daunan.
Pesta Bakar Batu  mempunyai makna tradisi bersyukur yang unik dan khas. dan merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian. Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku.
Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut, suku-suku di Papua menggunakan metode bakar batu. Tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai menyebutnya dengan gapii atau mogo gapii, masyarakat Wamena menyebutnya kit oba isago, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan barapen. Namun tampaknya barapen menjadi istilah yang paling umum digunakan.
Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari pesta ini adalah sebagai ungkapan saling memaafkan antar-warga.
Prosesi Pesta Bakar Batu biasanya terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, bakar babi, dan makan bersama. Tahap persiapan diawali dengan pencarian kayu bakar dan batu yang akan dipergunakan untuk memasak. Batu dan kayu bakar disusun dengan urutan sebagai berikut, pada bagian paling bawah ditata batu-batu berukuran besar, di atasnya ditutupi dengan kayu bakar, kemudian ditata lagi batuan yang ukurannya lebih kecil, dan seterusnya hingga bagian teratas ditutupi dengan kayu. Kemudian tumpukan tersebut dibakar hingga kayu habis terbakar dan batuan menjadi panas. Semua ini umumnya dikerjakan oleh kaum pria.
Pada saat itu, masing-masing suku menyerahkan babi. Lalu secara bergiliran kepala suku memanah babi. Bila dalam sekali panah babi langsung mati, itu merupakan pertanda bahwa acara akan sukses. Namun bila babi tidak langsung mati, diyakini ada yang tidak beres dengan acara tersebut. Apabila itu adalah upacara kematian, biasanya beberapa kerabat keluarga yang berduka membawa babi sebagai lambang belasungkawa. Jika tidak mereka akan membawa bungkusan berisi tembakau, rokok kretek, minyak goreng, garam, gula, kopi, dan ikan asin. Tak lupa, ketika mengucapkan belasungkawa masing-masing harus berpelukan erat dan berciuman pipi.